Menjual kopi bukan lagi sekedar rasa. tapi butuh kemampuan lebih dan khusus dalam menjajakan si kopi hitam manis ini. Apalagi saat ini dengan semakin banyaknya warung kopi yang baru bermunculan di berbagai pelosok Aceh saat ini.
Beberapa warung kopi yang didesain semenarik mungkin mulai dari pemilihan meja, kursi, dan ornamen bahkan interior warungnya di design sedemikian rupa, yang tujuanny hanya untuk memikat para pengunjung dalam menikamati kupi senyaman mungkin . Ditambah lagi televisi berlayar lebar dan koneksi internet cepat. Masih ada juga warung kopi yang tetap setia dengan kondisi seadanya, tak berubah dari tahun ke tahun. Hanya mengandalkan pelanggan setia pada rasa dan mutu yang disajikan. Bahkan ada pelanggan yang tak mau minum jika pembuat kopi bukan yang biasanya.
Diantara sekian banyak warung kopi ada yang sangat memperhatikan view. Hal ini menjadi mutlak dan menjadi cara menjual kopi yang berbeda dengan warung kopi lainnya. Ada yang mengambil view pegugungan dan persawahan. Warung kopi ini hanya mungkin bila berada di pinggiran kota. Ada pula yang menjadikan sungai sebagai daya tariknya. Aliran air bagaimanapun akan menjadikan magnet tersendiri bagi para pengunjung. Lalu lintas kendaraan pun ikut digunakan sebagai pemikat agar pengunjung betah dan setia berada di warungnya.
Begitulah, warung kopi dengan segala taktik dan strateginya untuk membius para pelanggan agar mau menghabiskan waktunya dan berlama-lama di sana. Titik akhir yang dihrapkan pemilik warung kopi adalah keuntungan yang maksimum. Bagi pelanggan kebutuhan akan kopi semkain dimanjakan dengan pemandangan, gaya hidup, media dan informasi, hiburan, dan kuliner.
Simbiosis mutualisme pun terjalin dalam jangka panjang. Tidak ada kontrak tetulis, yang ada hanya keterikatan secara otomatis antara penyedia jasa dan barang dengan pembeli jasa dan barang. Tanpa perlu panitia tender.
Apapun itu, Anda sebagai penikmat kopi adalah rajanya.
Posting Komentar